Ethicaldigest

Sebab dan Patofisiologi PIH

Penyebab Post Inflammatory Hyperpigmentation(PIH) bisa karena penggunaan peralatan elektromagnetik, seperti ultrasound, radiofrequency, laser, LED (Light Emitting Diodes), yang biasa digunakan sebagai prosedur mikrodermabasi. Namun, secara khas, PIH menjadi sangat parah pada pasien yang mengalami gangguan sel basal epidermis, seperti pasien dengan lichenoid dermatoses atau pasien dengan lupus erythematosus.

Patofisiologi

PIH disebabkan oleh satu dari 2 mekanisme yang mengakibatkan melanosis epidermis atau dermis. Respon inflamasi epidermal seperti dermatitis, muncul dalam bentuk rilis oksidasi asam arakidonat hingga prostaglandin, leukotrien dan beberapa produk lain. Selanjutnya, produk-produk peradangan ini akan mengubah aktivitas sistem kekebalan tubuh dan melanosit.

Secara lebih rinci, produk inflamasi akan merangsang melanosit epidermis,  mengakibatkan peningkatan melanin. Selanjutnya meningkatkan transfer pigmen keratinosit di sekitarnya, seperti dengan meningkatkan stimulasi dan transfer butiran melanin pada hipermelanosis epidermal. Sebaliknya, melanosis dermal terjadi ketika gangguan inflamasi pada lapisan sel basal yang kemudian menyebabkan rilis pigmen melanin, dan kemudian terjebak oleh makrofag pada dermis papillary. Disebut juga sebagai inkontinensia pigmen.

PIH merupakan respon kulit yang umum ditemukan di belahan bumi mana pun. Namun, lebih sering muncul pada individu berkulit gelap (Fitzpatrick Skin type III atau VI). Angka terjadinya juga sama, pada wanita maupun pria, dan dapat muncul pada semua jenis umur.

Diagnosis post inflammatory hyperpigmentation harus menjadi pertimbangan dokter, ketika pasien datang dengan riwayat patologis seperti dijelaskan sebelumnya, atau mengalami cedera pada daerah yang mengalami hiperpigmentasi.

Penyebaran dari lesi hipermelanosis, bergantung pada lokasi awal yang mengalami inflamasi dermatosis.  Warna lesi yang mengalami hiperpigmentasi, bisa dari coklat muda hingga berwarna gelap. Warna coklat muda muncul jika pigmentasi berada di sekitar epidermis. Biasa disebut juga dengan epidermal melanosis. Sementara warna abu-abu gelap mau pun kebiruan, muncul jika lesi mengandung melanin di dermal.

Penyakit inflamasi yang umum mengakibatkan hiperpigmentasi post inflamasi di antaranya: jerawat excorie, lichen planus, sistemik lupus erythematosus, dermatitis kronik, cutaneous T-cell lymphoma terutama varian erythrdermic.

Selanjutnya, lesi PIH dapat menjadi lebih hitam ketika terpapar sinar UV atau bahan kimia dan obat-obatan seperti tetracycline, bleomycin, duxorubicin, 5-fluorouracil, busulfan, arsenicals, perak, emas, obat anti malaria, terapi hormon, dan clofazimine.

Pemeriksaan menggunakan wood’s lamp mempermudah diagnosis, apakah PIH epidermal atau dermal. Lesi epidermal cenderung memiliki batas lebih jelas, saat dilakukan pemeriksaan menggunakan wood lamp. Sebaliknya, pada lesi demal tidak menunjukkan batas yang jelas dan tetap tidak terlihat, meski dilakukan pemeriksaan menggunakan wood lamp.

Jika riwayat terdahulu dari dermatosis inflamatory belum jelas atau absen, biopsi kulit mungkin bisa untuk mengetahui penyebab lain dari hiperpigmentasi yang belum diketahui. Epidermal hiperpigmentasi post inflamasi, ditandai dengan meningkatnya melanin pigment pada lapisan sel basal di epidermis. Ada kalanya, melanosomes yang besar terlihat dengan jelas di epidermis. Dermal hiperpigmentasi post inflamasi, ditandai dengan pigmen melanin di dermis atas. Adanya inkontinensia pigmen akan meningkatkan kemungkinan terjadinya melanophages dalam dermis papillary.

Tipe-tipe Hiperpigmentasi