Ethicaldigest

Tipe-tipe Hiperpigmentasi

Mengetahui penyebab dan mencari informasi tentang pemicu terjadinya hiperpigmentasi penting dilakukan, untuk menetukan terapi pada pasien.

Hiperpigmentasi merupakan kondisi medis yang umum dijumpai di praktek klinis. Sayangnya, kondisi ini sangat sulit di sembuhkan. Faktanya, banyak dokter ahli kulit yang mengalami kesulitan dalam menangani pasien hiperpigmentasi. Kondisi ini membuat banyak pasien putus asa dan mencari alternatif pengobatan lain. Tak jarang pasien menjadi depresi, dengan kondisi yang dialaminya.

Hiperpigmentasi terjadi pada semua individu dari semua etnis di dunia, dengan ciri-ciri warna kulit yang menjadi lebih gelap dibandingkan dengan kulit normal sekelilingnya. Munculnya warna yang lebih gelap pada kulit, karena berlebihnya produksi melanin pada kulit. Meski kondisi ini banyak terjadi pada mereka dengan rerata usia menengah atau dewasa,  hiperpigmentasi juga dapat terjadi pada usia yang lebih muda bahkan anak-anak. Terjadinya hiperpigmentasi, salah satunya akibat over aktivitas melanocytes, di mana terjadi respon sel yang berlebih dalam memroduksi melanin atau yang dikenal sebagai melanotik hiperpigmentasi. Dapat terjadi akibat proliferasi dari melanosit, yang juga dikenal sebagai melanosit hiperpigmentasi.

Hiperpigmentasi

Berdasar jenis kasusnya, setidaknya ada 3 tipe hiperpigmentasi:

  • Post Inflammatory Hyperpigmentation (PIH). Pigmentasi yang muncul bisa karena adanya kerusakan pada kulit, atau oleh bermacam kondisi seperti: infeksi, reaksi alergi, luka, lesi dari jerawat, terbakar, atopik dermatitis, atau karena perawatan kulit yang sering dilakukan. Kondisi ini biasanya dimulai dengan berubahnya warna kulit, yang memakan waktu hingga beberapa bulan. Sisi positifnya, PIH memiliki respon yang baik dengan pengobatan yang ada.
  • Lentigines. Kondisi ini dikenal sebagai liver spot atau age spot. Beberapa literatur yang ada menyatakan bahwa angka kejadianya makin meningkat, seiring dengan terjadinya proses penuaan (ageing process). Dan, sangat banyak ditemukan kejadiannya pada individu dengan kulit putih usia >60 tahun. Namun, kondisi ini tidak secara langsung berhubungan dengan terjadinya penuaan. Lentigines lebih banyak terjadi, karena paparan sinar Ultra Violet (UV). Pigmentasi atau kehitaman pada kulit yang mengalami Lentigines umumnya bentuknya kecil, biasanya ditemukan di bagian tangan dan muka pasien.
  • Melasma. Melasma terjadi karena tidak stabilnya fluktuasi hormonal pada seorang individu, seperti dalam kondisi hamil atau sedang hamil, atau pada mereka dengan gangguan fungsi tiroid atau karena penggunaan pil KB. Atau, sedang melakukan terapi pengganti hormon. Kondisi ini terjadi pada sekitar 5-6 juta wanita di AS, dan sangat sulit disembuhkan. Umumnya, area kulit yang gelap atau yang mengalami hiperpigmentasi cenderung lebih lebar dibanding lentigines.

Dilain pihak, penggunaan beberapa jenis obat, dengan maksud untuk mengobati penyakit tertentu, juga dapat mengakibatkan terjadinya hiperpigmentasi pada kulit. Di antaranya: antibiotik, obat anti kanker, obat anti kejang, dan beberapa obat lain.

Analisa kulit

Untuk meningkatkan keberhasilan pengobatan, melakukan analisis kulit atau pemeriksaan kulit secara menyeluruh dan seksama, sangat penting dilakukan. Tidak hanya melakukan pemeriksaan pada tingkat keparahan yang dialami pasien, dokter juga harus mampu melihat masalah sebagai penyebab utama hiperpigmentasi agar bisa diobati secara tepat. Setelah tahapan pengobatan standar dilakukan, dokter perlu mengetahui informasi lain dari pasien untuk membantu memecahkan masalah. Seperti, bagaimana gaya hidup pasien sehari-hari, sehingga dapat ditelusuri apakah ini terkait dengan kondisi genetik pasien atau hanya masalah kesehatan pasien.

Telah ada beberapa opsi, untuk meningkatkan diagnosis pasien dengan hiperpigmentasi. Seperti, peralatan modern yang mampu menganalisa semua kondisi kulit pasien. Dengan alat ini, dokter bisa mengetahui seberapa parah kondisi pasien, sehingga dapat menentukan seberapa agresifnya pengobatan yang dilakukan. Peralatan yang sangat mahal ini, bisa dijadikan infestasi jangka panjang yang berujung pada efektifitas pengobatan yang dapat di lakukan pada pasien.

Fitzpatrick skin type. Pengobatan pada kasus hiperpigmentasi sangat ditentukan oleh Fitzpatrick skin type. Semakin putih kulit pasien, semakin mudah dalam pengobatan hiperpigmentasi.

Wood’s lamp. Pada pasien dengan hasil pemeriksaan Fitzpatrick skin type yang kurang dari V, penggunaan wood’s lamp memberikan hasil yang baik, dalam membantu mengetahui tingkat keparahan dari hiperpigmentasi, meski pun terisolasi di bagian epidermis atau bahkan lebih dalam lagi hingga dermis. Ketika lapisan dermis terlibat, pengobatan pada hiperpigmentasi menjadi lebih sulit, karena pengunaan obat-obatan topikal tidak lagi efektif.

Magnifying lamp. Dengan melakukan pemeriksaan kulit di bawah magnifying lamp, lokasi-lokasi yang mengalami hiperpigmentasi makin mudah ditentukan, karena terlihat pola saat dilakukan pemeriksaan menggunakan magnifying lamp. Pengunaan alat ini harus didampingi profesional, untuk menjelaskan kondisi yang terjadi dan kemudian melakukan managemen. Seperti, memberikan obat untuk mengatasi hiperpigmentasi. Jika didapatkan kulit yang sangat sensitif, penggunaan obat-obatan yang kemungkinan bisa mengakibatkan terjadinya iritasi harus dihindari.