Ethicaldigest

Dampak Anemia Pada PGK 2

Sindrom anemia kardiorenal

Silverberg, dkk menjelaskan “sindrom kardiorenal” sebagai lingkaran setan, di mana penurunan fungsi ginjal pada penyakit ginjal kronik, akan menyebabkan menurunnya produksi eritropoietin, dan akhirnya menyebabkan terjadinya anemia.

Anemia yang berat akan mencetuskan kompensasi berupa hipertrofi ventrikel kiri. Hipertrofi ventrikel kiri kompensatif ini perlahan-lahan akan berakhir dengan gagal jantung kongestif, yang menyebabkan menurunnya perfusi darah ke ginjal. Ini akan menyebabkan kerusakan ginjal lebih lanjut.       

“Beratnya anemia pada pasien dengan CKD, akan memperberat kerja jantung yang pada akhirnya menyebabkan penebalan dinding jantung dan pembesaran rongga jantung, yang pada akhirnya akan menurunkan fungsi pompa jantung,” ujar Prof. Syakib.

Pasien dengan kondisi anemik, tidak dapat menyampaikan cukup oksigen ke organ dan jaringan tubuh. Untuk mengompensasi hal ini, kerja jantung menjadi semakin berat. Jantung akan meningkatkan cardiac output, frekuensi denyut dan stroke volume. Dalam jangka panjang, peningkatan kerja ini akan menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri.

Memang, pada penyakit ginjal kronis, banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hipertrofi ventrikel kiri, namun anemia jangka panjang merupakan faktor utama. Anemia muncul sejak awal terjadinya PGK, dan sering diabaikan. Sebuah studi menunjukkan bahwa kurang dari 40% penderita penyakit ginjal kronis yang mendapatkan terapi anemia. Penelitian juga menunjukkan bahwa prevalensi hipertrofi ventrikel kiri pada awal terjadinya penyakit ginjal kronis adalah sebesar 20%, dan meningkat menjadi 74% saat pasien telah didiagnosa menderita end-stage renal disease (ESRD) dan mendapatkan terapi dialisa.

Yang menarik, meski pun hubungan antara anemia dan risiko terjadinya hipertrofi ventrikel kiri sudah jelas, studi intervensi menunjukkan bahwa perbaikan terhadap anemia tidak selalu memberikan manfaat dalam usaha mencegah terjadinya hipertrofi ventrikel kiri. Beberapa studi kecil menunjukkan, koreksi hematokrit dari 20% menjadi 30% mampu mencegah percepatan terjadinya hipertrofi ventrikel kiri. Namun diperlukan studi yang lebih besar untuk membuktikan hal ini, atau sebaliknya.

Levin, dkk memperkirakan, setiap penurunan hemoglobin 1 g akan meningkatkan risiko terjadinya hipertrofi ventrikel kiri sebesar 6%, pada pasien penyakit ginjal kronis. Selain itu, Foley, dkk memperkirakan, penurunan konsentrasi hemoglobin sebesar 1 g akan meningkatkan dilatasi ventrikel kiri sebesar 42%, pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5.

Penyakit kardiovaskuler

Seiring dengan penuaan, risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuer akan meningkat. Dampak anemia terhadap penyakit kardiovaskuler dan penyakit ginjal kronis pada populasi lanjut usia, tidak dapat diabaikan. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian tersering pada kedua kelompok ini, lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum. Anemia terbukti sebagai faktor risiko meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas, akibat gangguan kardiovaskuler.

The Dialysis Outcomes Practice Pattern Study (DOPPS) yang melibatkan beberapa negara, menunjukkan bahwa saat konsentrasi hemoglobin menurun di bawah 11g/dL, ada peningkatan bermakna terhadap angka perawatan di rumah sakit dan angka kematian pada pasien dengan penyakit ginjal kronik.

Ofsthun, dkk melakukan analisa terhadap data dari Fresenius Medical Care of North America (FMCNA). Didapatkan hasil bahwa semakin lama pasien dengan penyakit ginjal kronik stadium 5 memiliki hemoglobin kurang dari 11 g/dL, mortality hazard ratio akan semakin tinggi. Selain itu, ditemukan bahwa konsentrasi hemoglobin yang semakin rendah, memiliki hubungan bermakna dengan kejadian yang merugikan pasien.

Kesimpulannya, jika kadar hemoglobin dapat dipertahankan sesuai dengan sasaran yang dianjurkan, risiko terjadinya hipertrofi ventrikel kiri, angka perawatan di rumah sakit, dan angka mortalitas akibat penyakit kardiovaskuler dapat diturunkan. Selain itu, kualitas hidup akan meningkat dengan berkurangnya rasa lelah dan gejala-gejala kelemahan, meningkatnya kemampuan fisik dan toleransi olahraga, serta meningkatnya kemampuan fungsional penderita.

Dampak Anemia Pada PGK 1