Ethicaldigest
Dermatitis atopik menyerang anak

Dermatitis Atopik: Variasi , Keasaman Kulit dan Faktor Pemicu

Dermatitis atopik bisa menyerang kulit pada organ mana pun. Meski demikian, ada beberapa kulit dari bagian tubuh tertentu yang lebih sering mengalami dermatitis atopik. Secara umum, penyakit ini lebih sering menyerang bagian fleksur dan wajah. Namun, pada bayi berusia kurang dari 6 bulan, wajah dan kulit kepala adalah bagian yang paling sering diserang. Sedangkan pada anak-anak yang berusia lebih tua, daerah yang paling sering diserang adalah antekubital dan popliteal fossae.

Selain pola klasik dermatitis atopik, ada beberapa varian lokasi lesi. Eksim pada kelopak mata umum terjadi pada remaja, yaitu sekitar 21%. Kondisi ini telah dihubungkan dengan hay fever dan paparan terhadap aeroallergen lainnya, seperti tungau. Infra aurikular dan retroaurikular adalah bagian yang rentan mengalami retak, kemungkinan akibat trauma minor yang berulang.

Banyak faktor yang menyebabkan bagian tertentu mudah mengalami dermatitis atopik. Antara lain adalah ketebalan stratum corneum dan variasi paparan terhadap iritan dan alergen di bagian tubuh berbeda. Hanifin dalam publikasinya mengatakan, stratum corneum pada kelopak mata sangat tipis dan rapuh terhadap iritan dan allergen, yang masuk dan mengalami kontak dengan daerah periorbital. Itu karena daerah ini sering dikucek dan digaruk.

Sebanyak 3 penelitian mengevaluasi ketebalan epidermal di berbagai daerah tubuh. Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan, bagian tubuh dengan epidermis tertipis ada pada kelopak mata dan kulit kelamin. Tertipis kedua adalah bagian fleksor punggung tangan dan daerah aurikular posterior. Yang menarik, kedua daerah kulit ini adalah daerah yang paling sering mengalami dermatitis atopik. Namun, ketebalan epidermis pada antecubital fossae tidak dilaporkan.

Barrier epidermal terhadap penetrasi bahan-bahan eksogen, seperti iritan, alergi dan obat-obatan, terletak di bagian terdalam stratum corneum. Diduga bahwa penetrasi bahan-bahan eksogen berbeda-beda, pada bagian tubuh berbeda. Hal ini diduga dipengaruhi oleh perbedaan ketebalan stratum corneum. Penelitian paling rinci berkenaan variasi penetrasi bahan eksogen, dibuat menggunakan kortikosteroid topikal.

Pada beberapa penelitian, di mana penetrasi perkutan kortikosteroid diukur secara in vitro menggunakan kulit cadaver dari berbagai bagian tubuh, menunjukkan bahwa penetrasi perkutan tercepat terjadi di kulit skrotum dan kulit aurikular posterior. Sedangkan, paling lambat terjadi di kulit plantar. Sementara penelitian in vivo yang dilakukan Feldman dan Maibach memperlihatkan, penetrasi perkutan tercepat pada wajah, kelopak mata dan skrotum. Sementara paling lambat di kulit plantar.

Variasi ketebalan epidermal dan penetrasi obat mengindikasikan bahwa kelopak mata, daerah auricular posterior, bagian lain wajah dan fleksur memiliki barrier epidermal yang tipis, dengan penurunan fungsi barrier. Daerah-daerah kulit ini memiliki fungsi barrier epidermal yang rendah, sehingga rentan terhadap agen eksogen yang dapat mengikis ketebalan dan fungsi integritas dari barrier kulit.

Keasaman kulit

Kulit diketahui memiliki pH asam, yang berkontribusi terhadap fungsi barrier kulit yang optimal. Rata-rata, pH permukaan kulit punggung tangan pria sehat  sekitar 5,4 – 5,9. Saat lahir, pH permukaan kulit mendekati netral (pH 6,5) dibanding pada anak-anak dan orang dewasa. Pada tikus baru lahir, stratum corneum mencapai pH dewasa dalam beberapa hari pertama setelah kelahiran. Pada manusia, proses ini memakan waktu beberapa minggu. Keasaman pada stratum corneum, awalnya diduga dipengaruhi faktor luar tubuh (metabolit microbial, asam lemak bebas dari filosebakus dan produk-produk yang berasal dari kelenjar ekrin, seperti asam amino dan asam laktik). Tapi, penelitian-penelitian terbaru menunjukkan, jalur endogen (turunan dari produk sampingan keratinisasi, sintesis asam lemak bebas dari hidrolisis posfolipid oleh phospholipase A2 sekretori dan pertukaran sodium proton), adalah sumber lain dari keasaman pada kulit.

Keasaman kulit punya efek multiple. Pertama, memiliki efek antimikroba,
yaitu menurunkan kolonisasi bakteri patogen di kulit, dan membantu pelekatan bakteri non patogen ke stratum corneum. Kedua, beberapa bukti mengindikasikan peran pH permukaan kulit pada hemostasis permeabilitas kulit dan integritas/kohesi stratum corneum.

Penundaan rekoveri barrier epidermal terjadi, ketika kulit berada pada buffer pH netral. Terlebih lagi, abnormalitas barrier epidermal terjadi ketika pH kulit ditingkatkan dengan menghambat phospholipase A2  sekretori, atau pertukaran sodium proton non-energy–dependent. Abnormalitas ini diperbaiki dengan memaparkan daerah yang diobati dengan penghambat dan buffer asam.

Variasi pH kulit dengan jelas terdokumentasi pada beberapa penyakit kulit.
Anderson dan kawan-kawan menemukan peningkatan pH tubuh total, pada pasien dengan dermatitis seboroik, dermatitis atopik dan xeroderma. Penelitian lain memperlihatkan pH permukaan kulit lebih tinggi, pada kelompok anak sekolah dengan dermatitis atopik dibanding kelompok kontrol.

Pada pasien dengan dermatitis atopik, pH kulit dilaporkan 0,5 unit lebih
tinggi dibanding kelompok kontrol. Penelitian-penelitian serupa melaporkan, pH kulit lebih tinggi pada pasien dengan dermatitis atopik, dibanding subyek kontrol sehat, bahkan pada kulit yang tidak berlesi dermatitis atopik. Seidenari dan Giusti  juga melaporkan bahwa nilai pH kulit lebih tinggi pada pasien dengan lesi aktif dibanding pasien asimtomatis.

Banyak enzim yang terlibat dalam hemostasis dan restorasi barier kulit, yang bergantung pada keasaman kulit. Skin protease SCCE memperlihatkan pH netral. Perubahan pH dari 7,5 sampai 5,5 menurunkan aktivitas SCCE sampai 50%. Thiol cysteine protein (cathepsin LZ) dan aspartate protease (cathepsin D) memiliki pH asam, dan mungkin memediasi deskuamasi lapisan kulit sehat bagian atas.

Detergen banyak digunakan untuk membersihkan kulit. Detergen berkerja dengan mengemulsi lipid di permukaan kulit, yang kemudian bisa dibersihkan dengan air. Surfaktan bisa merusak kulit, menyebabkan terjadinya kulit bersisik, kekeringan, keras dan kasar, eritema dan pembengkakan. Penggunaan sabun dan detergen adalah penyebab terbanyak dermatitis kontak iritan di tangan, dan dapat memicu flare dermatitis alergi.

Pemicu dermatitis atopik

Bzanyak faktor yang dapat memicu terjadinya dermatitis atopik, dan setiap penderita memiliki pemicu yang berbeda-beda.

Alergen makanan

Berbagai penelitian menemukan, alergi makanan berperan penting dalam
dermatitis atopik. Sekitar 40% balita dan anak dengan dermatitis atopik moderat sampai berat, alergi terhadap makanan. Beberapa penelitian dermatologi tidak mendukung peran makanan pada dermatitis atopik, tapi penelitian oleh Eigenmann dan kawan-kawan memperlihatkan bahwa 37% anak dengan dermatitis atopik moderat sampai berat, memiliki alergi terhadap makanan.

Guillet dan Guillet mengevaluasi 250 anak dengan dermatitis atopic.
Ditemukan peningkatan keparahan dermatitis atopik dan semakin muda usia pasien, berhubungan langsung dengan alergi makanan. Menghindari makanan penyebab alergi, dapat memberikan perbaikan klinis.

Sebagian besar penyebab alergi, biasanya terkandung pada berbagai makanan dan sulit dihindari. Beberapa penelitian mengindikasikan, dermatitis atopik sebagian bisa dicegah dengan secara profilaksis menghindari makan yang sangat alergenik (seperti telur, susu dan kacang), dari pola makan sehari-hari bayi dan ibu yang menyusui.