Ethicaldigest

Anemia pada PGK1

Penderita ginjal kronis (PGK) berisiko menderita anemia. Di sisi lain, anemia mungkin mempercepat progresi penyakit ginjal.

Pada pasien dengan penyakit ginjal kronis, normokromik normositik anemia bisa berkembang akibat penurunan sintesis eritropoietin di ginjal. Anemia akan menjadi lebih berat jika GFR (glomerular filtration rate) semakin menurun. Pada penderita penyakit ginjal kronis tidak ditemukan adanya respon retikulosit, tetapi kelangsungan hidup sel darah merah berkurang, dan ada kecenderungan terjadi perdarahan yang meningkat akibat uremia yang disebabkan oleh gangguan fungsi trombosit.

Menurut dr. Tunggul Situmorang, SpPD-KGH dari RS. PGI Cikini, Jakarta, kekurangan zat besi umum terjadi pada pasien dengan penyakit ginjal kronis. Kekurangan zat besi dapat terjadi secara absolut, sering karena asupan diet yang buruk atau kadang-kadang karena perdarahan okultisme atau fungsional, ketika ada ketidakseimbangan antara permintaan zat besi di sumsum erythroid dan pasokan zat besi.

Kekurangan zat besi menyebabkan penurunan pembentukan hemoglobin sel darah merah, menyebabkan anemia hipokromik mikrositik. Penyebab lain anemia pada penyakit ginjal kronis termasuk keberadaan inhibitor uremia (misalnya hormon paratiroid, sitokin inflamasi), di mana keberadannya akan mengurangi paruh hidup sel darah merah, dan menyebabkan defisiensi B12, folat atau vitamin.

Etiologi

  • Sebuah studi yang dilakukan pada pasien dengan penyakit ginjal kronis (CKD) menunjukkan, prevalensi anemia (didefinisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dL pada pria dan wanita pascamenopause dan kurang dari 11 g/dL pada wanita premenopause) sekitar 12%.
  • Studi The National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) III menunjukkan, prevalensi anemia meningkat bersamaan dengan penurunan eGFR (1% pada eGFR, 60, 9% pada 30 dan 33% pada eGFR 15 mL/min/1.73 m2).
  • Pasien dengan gagal ginjal kronis atau pasien dengan diabetes, berada pada risiko lebih besar terkena anemia di awal perjalanan penyakit (disebabkan kadar erythropoietin yang rendah). Jika dibandingkan antara pasien dengan eGFR dan tingkat eritropoietin yang sama, mereka dengan pasien diabetes tipe 2 umumnya lebih mudah mengalami anemia.

Presentasi

  • Dapat didiagnosa dengan pemeriksaan darah rutin.
  • Renal anemia dapat menyebabkan timbulnya rasa lesu, intoleransi terhadap dingin dan hilangnya stamina tubuh.
  • Anemia selanjutnya meningkatkan curah jantung, sehingga berkontribusi bagi terjadinya pengembangan hipertrofi ventrikel kiri dan terjadinya dilatasi.

Penyebab anemia pada pasien dengan penyakit ginjal kronis (CKD), selain gagal ginjal itu sendiri juga meliputi beberapa kondisi seperti:

  • Chronic blood loss
  • Kekurangan zat besi
  • Devisiensi vitamin B12 atau  folat
  • Hypothyroidism
  • Infeksi kronis atau peradangan
  • Hiperparatiroidisme
  • Aluminium toxicity
  • Keganasan
  • Hemolisis
  • Infiltrasi sumsum tulang
  • Sel aplasia merah (murni)

Menurut Prof. Dr. dr. Syakib Bakri SpPD-KGH, anemia pada penderita CKD terjadi karena beberapa faktor, antara lain disebabkan oleh penurunan kapasitas produksi eritropoietin (Epo). Epo adalah hormon yang dihasilkan oleh ginjal, untuk pematangan sel darah merah (eritrosit) di sumsum tulang. Penyebab kedua tersering adalah defisiensi besi. Defisiensi besi terjadi karena asupan yang kurang (penderita CKD mengalami penurunan nafsu makan), akibat gangguan penyerapan (absorpsi), dan gangguan transportasi zat besi. Pada CKD sering terjadi perdarahan saluran cerna yang tidak kasat-mata (tersamar/mikroskopik). Juga, pada CKD yang sudah menjalani hemodialisa, setiap dilakukan hemodialisa terjadi kehilangan darah yang tertinggal pada dialyser (ginjal buatan). Hemodialisa biasa dilakukan 2-3 kali seminggu.