Ethicaldigest
tumbuh kembang anak

Tumbuh Kembang Anak: Masa-masa Krusial Perkembangan Anak

Tumbuh kembang anak terjadi dalam kurun waktu 18-40 minggu dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Anak bukan manusia dewasa dalam bentuk miniatur, bukan juga orang dewasa dalam ukuran kecil. Anak memiliki ciri khas, yaitu adanya proses tumbuh kembang, yang tidak dimiliki orang dewasa.

Secara garis besar, ada dua faktor yang berpengaruh pada tumbuh dan kembang anak, yaitu faktor genetic dan faktor fisikobiopsikososial. Dalam proses ini, menurut dr. Soedjatmiko Sp.A, dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak RS Ciptomangunkusumo, “Anak memerlukan pemenuhan  kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan asuh (fisik biomedia), asih (kebutuhan emosi dan kasih saying) dan asah (pemberian stimulasi/rangsangan).”

Pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung sejak terjadi konsepsi, sampai usia remaja, dan proses ini saling berkaitan satu sama lain. Umumnya, bila pertumbuhan mengalami gangguan akan berdampak pada aspek perkembangan anak. Untuk itu, perlu dilakukan secara berkesinambungan antara pemantauan pertumbuhan dan skrining perkembangan.

Periode Emas Tumbuh Kembang Anak

Tiga tahun pertama merupakan periode keemasan atau jendela kesempatan (window of opportunity), atau masa kritis (critical periode) untuk optimalisasi proses tumbuh kembang. Ini merupakan masa yang tepat, untuk mempersiapkan anak menjadi dewasa yang unggul di kemudian hari. Sebab itu, dalam masa tiga tahun pertama perlu dilakukan pemantauan tumbuh kembang anak. Sehingga, jika terjadi penyimpangan, bisa segera diintervensi dan hasilnya akan lebih baik. 

Faktor Risiko Gangguan Tumbuh Kembang Anak

Yang dimaksud dengan bayi-bayi risiko tinggi adalah yang secara klinis belum menunjukkan hambatan perkembangan, tetapi berpotensi mengalami gangguan perkembangan. Hal itu akibat faktor risiko biomedik, mau pun risiko lingkungan psikososial atau sosial ekonomi, yang dialami sejak masa konsepsi sampai masa neonatal.

Risiko biomedik yang berpotensi menghambat tumbuh kembang antara lain prematuritas, perdarahan intrakranial, hambatan pertumbuhan intrauterine, ensefalopati iskemik hipoksik, hipoglikemia, polisitemia, hiperbilirubinemia, kelainan congenital, infeksi, kejang neonatal, ibu menggunakan napza dan lain-lain. Faktor risiko biomedik yang tersering adalah prematuritas.

Risiko lingkungan psikososial dan sosial ekonomi yang dapat menghambat tumbuh kembang, antara lain status sosial ekonomi yang buruk (kemiskinan, pendidikan orangtua rendah, perumahan yang buruk, jumlah anak terlalu banyak), ibu terlalu muda, ibu mengalami keterbelakangan mental, gangguan kejiwaan, pengguna narkoba, riwayat perlakuan salah dalam keluarga, perceraian dan lain-lain.

Dampak Faktor Risiko Pada Perkembangan Bayi dan Anak

Faktor-faktior risiko di atas, secara langsung atau tidak langsung dapat mengganggu perkembangan gerak, komunikasi, kognitif, emosi-sosial dan perilaku. Semakin banyak faktor risiko, semakin banyak dan berat aspek perkembangan yang terganggu. Bentuk gangguan perkembangan yang tersering adalah serebral palsi, retardasi psikomotor, gangguan penglihatan, pendengaran, gangguan biacara dan perilaku. Umumnya, gangguan perkembangan tersebut bersumber pada gangguan perkembangan otak, akibat pengaruh faktor-fakrtor risiko di atas secara langsung atau tidak langsung.

Plastisitas otak bayi dan anak

Plastisitas otak adalah kemampuan susunan saraf, untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan atau kerusakan yang disebabkan faktor eksternal atau internal. Penyesuaian dapat berupa perubahan anatomi (kemampuan sinaps untuk regenerasi akson, atau memperluas permukaan dendrite), kemampuan neurokimiawi (peningkatan sintesa neurotransmitter atau peningkatan kepekaan sinaps), atau perubahan metabolik (peningkatan glukosa, oksigen) pada sel-sel neuron.

Kemampuan tersebut karena pada bayi, jumlah sel neuron, percabangan akson dan dendrite serta jumlah sinaps pada awalnya jauh lebih banyak daripada orang dewasa. Struktur yang dimanfaatkan pada bayi akan menetap selamanya, bahkan menjadi rangkaian fungsional. Tetapi, bila tidak dimanfaatkan sejak bayi, struktur tersebut tereliminasi.

Diperlukan rangsangan terus menerus melalui berbagai sistim, agar struktur yang masih ada dapat dioptimalkan untuk mengambil alih fungsi struktur yang rusak. Tetapi, bila kerusakan yang terjadi luas, atau terjadi di awal proses perkembangan, maka jumlah struktur yang terbentuk tidak akan mencukupi untuk mengambil alih fungsi struktur yang rusak.