Ethicaldigest

IBS dan Dispepsia Fungsional 1

Gangguan gastrointestinal fungsional merupakan suatu gangguan kronis, yang menyerang jutaan orang dewasa setiap harinya. Kondisi ini ditandai gejala berulang, seperti nyeri perut atau rasa tidak nyaman, kembung, mual, muntah mudah merasa kenyang, konstipasi atau diare, yang mengindikasikan adanya disfungsional saluran cerna, dan bukan karena penyebab organik.

Diperkirakan, sekitar 40% pasien yang berkujung ke klinik spesialis gastroenterology menderita gangguan gastrointestinal fungsional. Suvey terbaru memperlihatkan bahwa sepertiga dari mereka yang datang dengan keluhan gangguan gastrointestinal fungsional, ternyata mendreita irritable bowel syndrome (IBS).

Banyak pasien dengan IBS juga mengalami dispepsia. Sebaliknya, banyak pasien dengan dispepsia menunjukkan gejala yang mirip IBS. Kedua kelompok pasien ini memiliki gejala serupa, yang secara tipikal bersifat kronis. Bisa memburuk ketika penderita mengalami masalah psikososial, dan kadang bisa memburuk setelah makan.

Kedua gangguan ini dianggap sulit untuk didiagnosa oleh banyak dokter. tanpa adanya tanda-tanda alarm. Pemeriksaan secara ekstensif sekali pun kurang bisa membantu. Kemiripan ini menimbulkan isu, apakah IBS dan dispepsia hanya merupakan satu penyakit dengan manifestasi berbeda atau apakah keduanya memang penyakit berbeda.

Pada saat ini, komite Roma II mengklasifikasikan IBS sebagai gangguan usus fungsional yang berbeda dari dispepsia. IBS, ditandai oleh nyeri abdominal bagian bawah atau rasa tidak nyaman yang dihubungkan dengan gangguan defekasi. Sedangkan, dispepsia merupakan nyeri perut bagian atas berulang atau rasa tidak nyaman, yang dihubungkan dengan rasa cepat kenyang, kembung dan mual. Karena fungsi saluran cerna bagian atas mempengaruhi fungsi saluran cerna bagian bawah (misalnya, konstipasi memperlambat pengosongan lambung), tidak mengherankan jika kedua bagian saluran cerna ini saling berhubungan.

Natural History of Dispepsia and IBS

IBS dikenal sebagai gangguan kronis, bagi sebagai besar penderita. Gejala-gejalanya bisa muncul dan hilang dengan sendirinya. Namun, Talley dan rekan-rekan menemukan bahwa dalam waktu 2 tahun, hampir 70% pasien tetap simtomatik. Sedangkan, Kay dan rekan-rekan menemukan sedikitnya 5% pasien IBS, bebas gejala setelah 5 tahun. Peralihan gejala dari satu jenis gangguan fungsional menjadi gangguan fungsional lainnya, sering terjadi. Pada satu survey pasien dengan IBS, lebih dari 50% pasien dispepsia mengalami gejala IBS dalam waktu 5-7 tahun. Pasien dengan dispepsia fungsional, juga menderita penyakit ini secara kronis, karena hanya 30-50% pasien yang melaporkan perbaikan atau resolusi gejala yang mereka alami selama 5 tahun periode follow-up. Laporan lainnya bahkan lebih lama lagi. Talley dan rekan menemukan bahwa selama 18-24 jam follow up, hampir 80% pasien tetap simtomatik. Sementara penelitian lain menemukan, 74% pasien dengan dispepsia tetap menunjukkan gejala selama 2 tahun.