Ethicaldigest

Sejarah Viagra

Setelah 4 tahun meneliti ratusan senyawa kimia, akhirnya tim riset Pfizer menemukan senyawa kimia bernama sildenafil, yang berpotensi lebih baik ketimbangan zaprinast (obat anti darah tinggi yang sudah lama beredar). Senyawa ini langsung diuji pada pasien darah tinggi dan penyakit jantung di Rumah Sakit Morriston, Swansea, Inggris. Hasilnya ternyata mengecewakan salah satu tim riset, Dr. Simon Campbell. Tak lain karena terlihat ada efek samping, seperti sakit otot dan kepala serta gangguan pencernaan.

Tapi, muncul kejadian unik ketika dokter meminta pasien agar mengembalikan sisa obat yang tidak terpakai lagi. Ternyata, para pasien pria menolak mengembalikan obat tersebut, karena terdapat efek samping lain yaitu: meningkatkan ereksi penis. Pfizer lalu mengubah tujuan awal sildenafil, dari obat untuk anti hipertensi dan penyakit jantung menjadi obat disfungsi ereksi. Akhirny, tahun 1996 Viagra dipatenkan sebagai obat disfungsi ereksi dan dua tahun kemudian FDA menyetujui izin edar obat tersebut. Dari kegagalan awal temuan tersebut, Pfizer meraup keuntungan besar. Dalam dua tahun pertama penjualan (1999-2001) Viagra memberikan profit US $ 1 milyar setahun. Kisah penemuan Viagra kerap diangkat menjadi contoh kasus inspiratif pada kuliah-kuliah kimia dan farmasi. Inilah salah satu penemuan yang terjadi secara tidak sengaja (serendipity).