Ethicaldigest

Obat Baru PBC

Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mempercepat persetujuan edar Ocaliva (obeticholic acid) untuk terapi primary biliary cholangitis (PBC), yang dikombinasikan dengan ursodeoxycholic acid (UDCA), untuk orang dewasa yang tidak memberikan respon pada terapi UDCA, atau yang tidak menoleransi pemberian UDCA.

PBC merupakan penyakit kronis, yang menyebabkan saluran empedu di hati mengalami inflamasi, bahkan rusak dan tidak bisa berfungsi sama sekali. Kondisi ini selanjutnya dapat mengakibatkan kerusakan sel-sel hati, terjadi sirosis hati atau parut di hati.

Diagnosis bergantung pada hasil positif dari antimitochondrial antibodydalam konteks kolestasis kronik, tanpa membutuhkan biopsi hati. Ursodeoxycholic acidmemperbaiki kelangsungan hidup bahkan pada pasien dengan penyakit hati tahap lanjut. Beberapa hal seperti kelelahan, anti-nuclear antibodies, anti-centromere antibodies, dan GP210 antinuclear antibody memprediksi keluaran yang buruk. Sebesar 40% pasien tidak merespons sesuai yang diinginkan, terhadap terapi dengan ursodeoxycholic acid dan harus dipertimbangkan tambahan terapi atau alternatif terapi lainnya. Beberapa terapi tambahan dan terapi yang baru terlihat menjanjikan adalah terapi PBC.

Tidak jelas apa yang menyebabkan primary biliary cirrhosis. Banyak ahli menganggap primary biliary cirrhosis suatu penyakit autoimun, dimana tubuh berbalik melawan sel sendiri.

“Pasien yang tidak diobati, atau yang tidak memberi respon pada penggunaan terapi UDCA, berisiko mengalami gagal hati bahkan kematian,” ujar Amy Egan, MD, MPH Wakil Direktur Evaluasi Obat FDA.

Ocaliva diberikan secara oral. Obat ini berikatan dengan X reseptor farnesoid (FXR), reseptor yang ditemukan dalam inti sel hati dan usus. Lebih lanjut, FXR merupakan kunci pengaturan jalur metabolik asam empedu. Obat ini mampu meningkatkan aliran empedu dari hati dan menekan produksi asam empedu di hati, sehingga mengurangi hati dari paparan toxic asam empedu.

FXR merupakan reseptor hormon inti sel, yang diekspresikan dengan jumlah yang tinggi pada jaringan tubuh yang berpartisipasi dalam metabolisme bilirubin termasuk liver, usus, dan ginjal. Asam empedu/ bile acids (BA) merupakan ligan natural dari FXR. FXR meregulasi ekspresi dari encoding genuntukcholesterol 7 alpha-hydroxylase, yang merupakan enzim yang membatasi laju sintesis BA.

Juga diketahui bahwa FXR memainkan peran penting dalam metabolisme karbohidrat dan lemak, serta regulasi dari sensitivitas insulin. FXR juga memodulasi pertumbuhan dan regenerasi selama kerusakan hati. Studi preklinik menunjukkan, aktivasi FXR dapat melindungi terhadap kerusakan hati yang diinduksi kolestasis. Aktivasi FXR melindungi terhadap kerusakan karena perlemakan hati, pada model hewan dengan nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD) dan nonalcoholic steatohepatitis (NASH). Juga memperbaiki hiperlipidemia, intoleransi glukosa dan sensitivitas insulin. 

FDA menyetujui obat ini Mei 2016, didasarkan pada penurunan level dari biomarker alkaline phosphatase (ALP), sebagai gerbang end point yang didasarkan pada uji klinis, uji epidemiologi yang dapat diandalkan dan menghindarkan pasien dari prosedur transplantasi hati dan ketahanan hidup.

Keamanan dan efikasi Ocaliva ditunjukkan dalam uji kinis terkontrol dengan 216 peserta. Setelah 12 bulan terapi, terjadi pengurangan level ALP yang lebih baik disbanding pasien yang hanya mendapat plasebo. Efek samping obat ini yang paling umum berupa gatal pada kulit (pruritus), fatigue, nyeri perut, nyeri sendi, nyeri pada tenggorokan, pusing dan sembelit. Ocaliva tidak boleh digunakan pada pasien dengan obstruksi bilier total.